Kamis, 30 Mei 2013

YUUK MENGENAL DAERAH WISATA KITA ....!!!



DATARAN TINGGI DIENG

Dieng adalah kawasan vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa dengan beberapa kepundan kawah. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000m di atas permukaan laut. Suhu berkisar 15 - 20 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas (embun racun) karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian. Namun suhu dingin ini juga melahirkan tradisi unik “api-api” yang khas di dataran tinggi Dieng.

Nama 
Dieng berasal dari gabungan dua kata Bahasa Kawi: "di" yang berarti tempat atau gunung dan "Hyang" yang bermakna (Dewa). Dengan demikian, Dieng berarti daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam. Teori lain menyatakan, nama Dieng berasal dari bahasa Sunda (di hyang) karena diperkirakan pada masa pra-Medang (sekitar abad ke-7 Masehi) daerah itu berada dalam pengaruh politik Kerajaan Galuh.

Tak hanya berbekal akan bentangan alamnya yang indah, Dieng memiliki banyak komplek candi sebagai ciri kebudayaannya di masa lampau. Saat ini beberapa peninggalan budaya dan alam telah dijadikan sebagai obyek wisata dan dikelola bersama oleh dua kabupaten, yaitu Banjarnegara dan Wonosobo.

Tidak berhenti di sini, keadaan geografis yang mendukung menjadikan Dieng istimewa akan pertanian kentang dan beberapa produk lokal seperti manisan carica dan purwaceng. Carica adalah buah semacam pepaya mungil yang hanya tumbuh di dataran tinggi seperti Dieng dan purwaceng adalah tumbuhan herbal yang dipercaya dapat meningkatkan vitalitas dan daya tahan tubuh.
 

Keistimewaan Dieng menjadi gambaran di mana uniknya peninggalan budaya berpadu apik dengan ramahnya masyarakat lokal dan indahnya bentangan alam Indonesia 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar