Rabu, 29 Mei 2013

Selayang Pandang Istana Bogor




Selayang Pandang Istana Bogor dari masa ke masa

1. Konsep Awal Pembangunan
Pada masa pendudukan Belanda, kota Jakarta yang dulunya bernama Batavia ditetapkan sebagai pusat pemerintahan. Tetapi, kota Batavia bagi orang Belanda dirasakan terlalu panas, meskipun penduduknya pada waktu itu belum padat seperti sekarang ini. Sehingga diputuskan untuk mencari tempat yang lebih teduh untuk beristirahat.
Sejak awal abad ke-18 dicarilah tempat-tempat peristirahatan di luar kota yang berhawa lebih sejuk, seperti yang dilakukan oleh Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Barron Van Imhoff yang mengadakan inspeksi ke daerah Cianjur Jawa Barat pada tanggal 10 Agustus 1744, beliau menemukan tempat yang dianggap strategis dan baik untuk tempat peristirahatan yang letaknya sekarang bernama “BOGOR”.
Kemudian tahun 1745, Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff memerintahkan untuk membangun gedung yang sekarang ini dikenal sebagai istana Bogor. Akan tetapi pada waktu itu hanya merupakan sebuah Pesanggerahan yang modelnya ditiru dari Blainheim Palace, tempat kediaman Duke of Malborough (nenek moyang Lady Diana, Putri Wales) dekat Oxford di Inggris. Bangunan itu sendiri diberi nama Buitenzorg (bebas masalah/kesulitan). Nama itu tidak saja digunakan untuk istana, tetapi juga untuk perkampungan sekitarnya.
2. Perkembangan Fisik Bangunan
Pesangggrahan ini pernah mengalami kerusakan akibat serangan pasukan Banten yang dipimpin oleh Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang. Kemudian pada masa pemerintahan Jacob Mossel, membangunnya kembali dengan mempertahankan bentuknya yang semula, sebab anggota Dewan Hindia menasehatkan agar bentuknya jangan dirubah mengingat bangunan Buitenzorg adalah replica dari istna Bleinheim.
Sejak itu beberapa Gubernur Belanda mengadakan perbaikan dan penyempurnaan yang disesuaikan dengan kebutuhan pada saat itu, diantaranya yang dilakukan oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Deandles (wakil kaisar Napoleon Bonaparte-Perancis) yang terkenal dengan Tuan Besar Guntur (1808-1811), menambah bangunan di bagian sayap kir dan sayap kanan gedung utama menjadi dua tingkat. Dan juga untuk penghias halamannya dipelihara tiga pasang rusa dari perbatasana India dan Nepal. Jenis rusa ini adalah Rusa tutul (axis-axis species), kini populasinya mencapai ± sekitar 800 ekor.
Ketika kekuasaan Berlanda diambil alih oleh kekuasaan Inggris, tahun 1811-1816 Leutenant Governoor General Thomas Stanford Raffles sebagai wakil dari Monarkhi Inggris Raya di Indonesia, melakukan pemugaran besar-besaran terutama pada bagian tengah bangunan istana menjadi 2 (dua) lantai dan menata ulang taman-taman sekeliling istana menjadi taman-taman model Inggris.
Tahun 1817-1826 Gubernur Jenderal Godert Alexander GP Van Der Cappelen menambahkan menara Lentera (lentera zetrum) tepat pada bangunan sentral. Sebelum tahun 1817 tanah dan tanaman yang mengelilingi sekeliling istana Bogor, berangsur-angsur menjadi kebun-kebun percobaan untuk penyelidikan tumbuh-tumbuhan tropis dari dalam dan luar negeri.
Pada tanggal 18 Mei 1817 kebun percobaan tersebut diresmikan sebagai :kebun Raya” pendirinya Prof. C.G.C. Reinwardt yang pada saat itu menjabat sebagai direktur pertanian, kerajinan, dan ilmu pengetahuan Hindia Belanda.
Tanggal 10 Oktober 1834 wilayah Jawa Barat bagian selatan dan barat diguncang gempa bumi. Sebagian gedung istana rusak berat, sehingga diputuskan untuk dibumiratakan. Pada tahun 1850 Gubernur Jenderal A. Jaco Duymaher Van Twist berinisiatif membangun kembali Buitenz Palzt dengan arsitektur Palladian dengan gaya bangunan abad 19.
Bangunan istana baru terwujud sejak masa pemerintahan Gubernur Jenderal Pahud De Montanger (1856-1861), Lalu pada tahun 1870 Istana Buitenzorg atau istana Bogor resmi ditetapkan sebagai kediaman resmi para Gubernur Jenderl Belanda.
3. Masa Pra Kemerdekaan Hinggga awal Kemerdekaan
Gubernur Jenderal yang terakhir adalah Tjarda Van Starkenbourg Stachuwer. Pada tahun 1942 Balatentara Jepang masuk Indonesia, maka kekuasaan diserahkan kepada Jenderal Imammura.
Setelah perang Dunia II berakhir, dimana Jepang merupakan pihak yang kalah, maka tentara sekutu mengambil alih kekuasaan. Lalu kira-kira 200 orang pemuda yang terbentuk dalam Barisan Keamanan Rakyat (BKR) mnduduki istana Bogor. Tetapi kemudian mereka diserbu oleh tentara Gurkha dan terpaksa meninggalkan bangunan tersebut. Baru pada tanggal 31 Desember 1949 Istana Bogor yang mempunyai luas 28,8 Hektar ini diambil alih oleh pemerintahan Republik Indonesia secara de jure melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) di Denhaag Belanda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar